2 Oktober Unesco menetapkan batik sebagai warisan budaya dari Indonesia. Dalam rangka menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah menetapkan 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional. Indonesia patut bangga dan melestarikan batik yang ada. Kita sepatutnya bangga dan bersyukur terlahir di Indonesia, negara yang terdiri dari beberapa pulau dari Sabang sampai Merauke. Banyak keanekaragaman yang ada di Indoneisa yang tidak banyak dimiliki negara lain. Beribu suku bangsa, adat istidat, bermacam binatang dan dan tumbuhan ada di Indonesia. Begitu juga dengan keanekaragaman batik yang ada. Mulai motif, jenis , nama dan bahan terdapat banyak di negara kita tercinta.
Sebagai bentuk bangga dan rasa syukur kita, pada hari Sabtu 2 Oktober 2021 Pesantren An Nur Sidoarjo –SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin memperingati hari Batik Nasional. Kegiatan ini mengambil tema Ecoprint, dengan harapan dan tujuan memperkenalkan batik jenis ini bisa dikenal masyarakat luas. Selain memperkenalkan ke masyarakat luas, tujuan keduanya adalah untuk menjaga lingkungan sekitar merawat tumbuhan di yang ada di sekitar.
Dengan mendatangkan ahli di bidang batik ecoprint yaitu Bu Unik, anak-anak antusias dan semangat melakukan kegiatan ini. Tidak harus menggambar pada kain tapi cukup menaruh daun ecoprint di atas kain. Tidak semua jenis daun yang bisa digunakan untuk ecoprint karena jejak daun tidak bisa menempel pada kain tersebut. Jenis daun yang digunakan di praktek kemaren diantaranya daun lanang, daun jati muda, daun jarak, daun mangsi, daun tabebuya dan kemenjaranan.

Ustazah Faizah Khilmiyah selaku ketua acara kegiatan ini mengatakan bahwa Ia mengharapkan kedepannya santri An Nur bisa menghasilkan batik sendiri dan memiliki pengalaman dalam membatik. Terutama batik ecoprint ini yang banyak orang belum tau dan mengenalnya. Kaena sesuatu yang kadang dianggap tidak bermanfaat tapi jika dipegang oleh orang-orang kreatif akan mengahsilkan sebuah karya, Contohnya daun-daun ini yang banyak mengatakan semak atau hanya tumbuhan biasa tetapi ternyata bisa jadi sebuah batik.
“Acara ini diadakan untuk memperkenalkan budaya batik dengan praktik membuat batik dengan teknik ecoprint dan kembali ke alam agar kita menghargai alam” Ustadza Khilmiyah mengatakan selaku ketua kegiatan.
Hasil batik ini bisa dilihat setelah proses kurang lebih 3 jam. Dimulai dari menempel daun, menggilas, menggulung dan mengukus selam 2 jam. Setelah dikukus baru dibuka gulungan dan motif daun meninggalkan jejak di kain-kain dengan indah. Setiap kelompok tidak sabar melihat hasilnya dan sungguh sangat indah hasilnya. Semua senang dan mendapat pengalaman baru semoga bermanfaat dan tetap berkarya.
Oleh: Ahmad Adham F.A dan Bayu Putra S. kelas 8 Ustman Bin Affan